EVOLUSI ILMU BUDAYA DASAR
Dalam pembelajran IBD (Ilmu budaya
dasar) Banyak sekali komponen yang dibahas tentang social dan budaya. Ilmu
budaya dasar (IBD) yang membahas teori – teori budaya yang berkembang dalam
masyarakat.Dengan mempelajari ilmu budaya dasar diharapkan seseorang dapat
lebih manusiawi, lebih berbudaya dan lebih halus. Ilmu sosial dasar dan ilmu
budaya dasar banyak membahas banyak hal
Terutama tentang penduduk ,masyarakat dan kebudayaan.
Indonesia
merupakan sebuah negara yang terletak di bagian timur dunia, negara yangbagian
pulau-pulaunya termasuk dalam garis khatulistiwa berbatasan dengan dua benua
danjuga dua samudra dikatakan oleh dunia sebagai tempat yang strategis untuk
melakukankegiatan agraris dan maritim sehingga tumbuhan-tumbuhan yang dapat
memakmurkan dapattumbuh subur disana. Karena terletak di garis khatulistiwa,
Indonesia memiliki beragamcorak kebudayaan yang dimiliki oleh para penduduknya
mulai dari bagia timur sampaidengan bagian barat. Beragam kebudayaan tersebut
semakin bercorak lagi dengan kedatangan para pedagang-pedagang asing yang
datang dari Asia dan Eropa, adanyakemungkinan perubahan sosial dapat terjadi di
Indonesia, baik secara paksa ataupun kebudayaan tersebut dapat diterima oleh
masyarakat
Untuk
menganalisa secara ilmiah tentang gejala-gejala dan kejadian sosila budaya di
masyarakat sebagai proses-proses yang sedang berjalan atau bergeser kita
memrlukan beberapa konsep. Konsep-konsep tersebut sangat perlu untuk
menganalisa proses pergeseran masyarakat dan kebudayaan serta dalam sebuah
penelitian antropologi dan sosiologi yang disebut dinamik sosial
(social dynamic)
A. PROSES
EVOLUSI SOSIAL
Proses
Mikroskopik dan Makroskopik Dalam Evolusi Sosial. Proses evolusi dapat
dianalisa secara mendetail(makroskopik) tetapi dapat dilihat secara
keseluruhan, dengan hanya memperhatikan perubahan-perubahan besar yang telah
terjadi(makroskopik). Proses evolusi sosial budaya secara makroskopik yang
terjadi dalam suatu jangka waktu yang panjang, dalam antropologi disebut
”Proses-proses pemberi arah”, atau directional proses.
Proses-proses
berulang dalam evolusi sosial budaya. Dalam antropologi, perhatian terhadap
proses-proses berulang dalam evolusi sosial budaya baru timbul sekitar tahun
1920 bersama dengan perhatian terhadap individu dalam masyarakat.
Dalam meneliti
masalah ketegangan antara adat istiadat yang berlaku dengan kebutuhan yang
dirasakan oleh beberapa individu dalam suatu masyarakat, perlu diperhatikan dua
konsep yang berbeda, yaitu ;
1.
kebudayaan
sebagai kompleks dari komsep norma-norma, pandangan-pandangan, dan sebagainya,
yang bersifat abstrak (yaitu sistem budaya),
2.
kebudayaan
sebagai serangkaian tindakan yang konkrit, dimana para individu saling
berinteraksi (yaitu sistem sosial). Kedua sistem tersebut sering saling bertentangan,
dan dengan mempelajari konflik-konfliks yang ada dalam setiap masyarakat itulah
dapat diperoleh pengertian mengenai dinamika masyarakat pada umumnya.
3.
Konsep-konsep penting IBDantara
lain internalisasi (internalization) , sosialisasi (socialization), dan
enkulturasi (enculturation). Kemudian ada juga evolusi kebudayaan (cultural
evolution) yang mengamati perkembangan kebudayaan manusia dari bentuk yang
sederhana hingga bentuk yang semakin lama semakin kompleks. Serta juga ada
difusi (diffusion) yaiu penyebaran kebudayaan secara geografi, terbawa oleh
perpindahan bangsa-bangsa di muka bumi. Proses lain adalah proses belajar
unsur-unsur kebudayaan asing oleh warga suatu masyarakat, yaitu proses
akulturasi (acculturation) dan asimilasi (assimilation). Akhirnya ada proses
pemabahruan atau inovasi (innovation), yang berhubungan erat dengan penemuan
baru (discovery dan invention)
Logis sekali kalau contoh-contoh penerimaan perubahan
paling besar bila unsur perubahan itu merupakan akibat dari kebutuhan di dalam
masyarakat itu sendiri.Ini dapat merupakan usaha suatu masyarakat, untuk beradaptasi
secara ekonomis dengan revolusiteknologi yang melanda seluruh dunia, meskipun
dampak perubahan itu mungkin terasadalam masyarakat seluruhnya.Perubahan
peranan wanita di Afrika, atau sebenamya juga diAmerika Serikat, dapat dianggap
sebagai contoh perubahan seperti itu.Akan tetapi,perubahan sering dipaksakan
dari luar kebudayaan, biasanya oleh kolonialisme melalui penaklukan.
Perubahan kebudayaan selain terjadi karena adanya
mekanisme perubahan seperti yang telah dijelaskan di atas, bisa juga terjadi
karena adanya perubahan secara paksa. Bentuk-bentuk perubahan kebudayaan secara
paksa adalah kolonialisme. Penaklukan, pemberontakandan revolusi. Kolonilasme
dan penaklukan biasanya ditandai oleh kemenangan militer
negarapenjajah/penakluk dan pemindahtanganan kekuasaan politik tradisional ke
tangankolonial/penakluk. Penduduk asli yang ditaklukkan tidak mampu menolak
perubahan yangdipaksakan. Kegiatan-kegiatan tradisional di bidang ekonomi,
politik, agama, sosial dibatasi
dan dipaksa untuk melakukan kegiatan-kegiatan baru
yang cenderung mengisolasikanindividu dan merusak integrasi sosialnya.
Perubahan kebudayaan secara paksa melaluikolonialisme dan penaklukan terjadi
pada abad ke-19 sampai awal abad ke-20. Politikkolonilalisme dikembangkan oleh
negara-negara, seperti Belanda, Portugal, Inggris, Perancis,Spanyol dan Amerika
serikat.Tidak mengherankan jika unsur-unsur budaya negara penjajahsampai
sekarang masih ditemukan dan diterapkan di negara-negara bekas jajahan.
Unsur-unsur bahasa, agama, system politik negara kolonial dapat ditemukan di
negara bekasjajahannya.
Apabila kolonialisme dan penaklukan merupakan bentuk
perubahan kebudayaansecara paksa yang berasal dari luar, maka pemberontakan dan
revolusi dapat timbul daridalam masyarakat itu sendiri.Pemberontakan dan
revolusi muncul karena kondisi-kondisiyang dianggap kurang menguntungkan bagi
sebagian besar masyarakat. Kondisi yang dimaksud bisa berupa ketidakadilan
dalam distribusi (kekayaan/material dan kekuasaan),munculnya perasaan benci
pada kelompok yang dianggap sebagai penindas dan hilangnyakepercayaan penguasa.
Menurut Haviland (1988: 268) terdapat lima kondisi sebagai pencetustimbulnya
pemberontakan dan revolusi, yaitu: (1) hilangnya kewibawaan pejabat-pejabatyang
kedudukan-nya mantap, sering sebagai kegagalan politik luar negeri,
kesulitankeuangan, pemecatan menteri yang popular, atau perubahan kebijakan
yang popular, (2)Bahaya terhadap kemajuan ekonomi yang baru dicapai.Di Perancis
dan Rusia, golonganpenduduk (golongan profesi dan pekerja di kota-kota) yang
nasib ekonominya mengalamiperbaikan sebelumnya, tertimpa oleh
kesulitan-kesulitan yang tidak terduga-duga, sepertitajamnya kenaikan pangan dan
pengangguran, (3) Ketidaktegasan pemerintah, sepertikebijaksanaan yang tidak
konsisten. Pemerintah yang demikian itu kelihatannya sepertidikendalikan dan
tidak mengendalikan peristiwa, (4) Hilangnya dukungan dari kelascendekiawan.
Kehilangan seperti itu oleh pemerintah-pemerintah prarevolusi di Perencis
danRusia menyebab-kan pemerintah kehilangan dukungan falsafahnya, yang
menyebabkanmereka kehilangan popularitas di lingkungan cendekiawan, (5)
Pemimpin atau kelompokpemimpin yang memiliki kharisma cukup besar untuk
menggerakkan sebagian besar rakyat,melawan pemerintah.
Kelima kondisi di atas dapat dijadikan sebagai acuan
untuk menganalisis perubahankebudayaan melalui pemberontakan dan revolusi yang
terjadi di Indonesia pada tahun 1997-1998 (masa reformasi).Pada saat itu
Presiden Soeharto, kabinet serta kroninya sudahkehilangan kewibawaan di mata
rakyatnya, karena dianggap gagal membenahi persoalanekonomi politik yang
terjadi.Tingkat inflasi yang tinggi, korupsi, kolusi dan nepotisme
yangmerajalela mengakibatkan kehidupan rakyat semakin sengsara. Rakyat semakin
tidak percayadengan rezim orde baru. Kalangan cendekiawan dan akademisi mulai
mencabut dukungannyaserta menuntut untuk segera mundur. Munculnya
pemimpin-pemimpin informal yangkharismatik, seperti Amin Rais, Gus Dur,
Megawati Soekarnoputri, Hamengkubuwono Xyang memiliki pengaruh besar untuk
menggerakkan rakyat. Dimotori oleh gerakan mahasiswadan didukung oleh pemimpin
karismatik, akhirnya terjadilah perubahan besar-besaran diIndonesia yang
diawali dengan mundurnya Soeharto dari jabatan Presiden pada 21 Mei 1998.
Salah satu produk sampingan kolonialisme adalah
tumbuhnya antropologi terapan dandigunakannya teknik dan pengetahuan
antropologi untuk keperluan "praktis”.Dengandemikian, tidak salah bila
antropologi Inggris sering dipandang sebagai "hamba" politikkolonial
negara tersebut, karena mereka umumnya dipaksa menyediakan informasi
yangberguna untuk tetap mempertahankan kekuasaan pemerintahan kolonial di
daerah jajahannya.Di Amerika Serikat, para ahli antropologi dari abad-19 sangat
mendambakan kegunaandisiplin mereka, dan tidak jarang mereka turun tangan
membantu orang-orang IndianAmerika, tempat mereka bekerja. Awal abad ini, karya
Franz Boas, yang hampir seorang dirimelatih satu generasi ahli antropologi di
Amerika Serikat, telah membantu pemerintah untukmengubah politik imigrasi
negara tersebut.Dalam tahun 1930-an para ahli antropologimenanggapi sejumlah
studi yang dilakukan di lingkungan industri dan lembaga-lembagalainnya, untuk
tujuan-tujuan terapan.Timbulnya Perang Dunia II timbullah pekerjaan-pekerjaan
khusus di bidang administrasi kolonial di luar perbatasan nenua
Amerika,khususnya di daerah Pasifik, yang dikerjakan oleh pegawai-pegawai yang
telah mendapatlatihan di bidang antropologi.
Timbulnya kebangkitan orang-orang Jepang untuk melawan
tentara sekutu jugadisebabkan oleh pengaruh dari para ahli antropologi dalam
menentukan struktur pendudukanAmerika Serikat. Eksperimen-eksperimen Amerika
Utara yang dimaksudkan untuk memadu kebudayaan
kolonial dengan struktur pribumi dengan kekacauan yang sekecil mungkin,
jugatelah berhasil.Meskipun banyak di antara studi itu diakui memang untuk
kepentingan sandimiliter, akan tetapi itu semua juga bermanfaat untuk program
pengembangan ilmu pengetahuan.
Akan tetapi, seperti yang tercermin dalam beberapa
kepustakaan awal tentanghubungan antara bangsa-bangsa Eropa dengan
kelompok-kelompok penduduk asli, tidakmengandung pengertian antropologis dan
sering tidak ada perikemanusiaan samasekali.Pertemuan antara kolonialis dengan
penduduk pribumi di beberapa tempat seringmengakibatkan kematian besar-besaran,
kesengsaraan yang memilukan, dan keruntuhankomunitas atau yang lebih dikenal
sebagai "kerusakan kebudayaan" (culture crash).Keruntuhan tradisi
komunitas seperti di atas yang ditandai dengan terjadinya khaos
atauketidakstabilan sosial dan kecemasan setiap individu, sering diikuti dengan
terjadinyapendudukan kolonial.Ini samasekali tidak berarti, bahwa masyarakat
tradisional itu tidakmengenal bentrokan sebelum berhubungan dengan peradaban
lain, tetapi berarti bahwapertentangan-pertentangan tersebut dapat diatasi
melalui lembaga-lembaga kebudayaanya.
Kebudayaan asli pada awal-awal terjadinya pendudu-kan
umumnya berantakan,karena lembaga-lembaga tradisional yang diciptakan untuk mengatasi
ketegangan ataupertentangan diantara masyarakat pendukung sebuah kebudayaan
tidak diperbolehkan olehpara penguasa kolonial untuk menangani perubahan baru
yang cepat dan tidak padatempatnya dalam konteks sistem tradisional
itu.Perubahan yang terlalu cepat dalam sistemnilai, misalnya, menyebabkan
bagian-bagian lain dari kebudayaan menjadi ketinggalan.
Kadang-kadang penduduk pribumi memperlihatkan kekuatan
dan daya tahan yangbesar dalam menghadapi dominasi Eropa, dimana mereka
menemukan dan melakukan cara-cara yang kreatif dan cerdik untuk
mengkounternya.Penduduk yang dimaksud orang-orangTrobriand yang berada di bawah
pemerintahan kolonial Inggris. Para misionaris suatu ketikamemperkenalkan
sebuah permainan tradisional Inggris bernama “cricket” kepada
masyarakatTrobriand yang menjadi daerah jajahan negaranya. Akan tetapi, semua
penduduk berusahadan sepakat untuk membendung masuknya permainan Inggris secara
utuh denganmenjadikannya sebagai suatu pertandingan yang benar-benar bersifat
Trobriand.Tidak"primitif" dan juga tidak terlalu sesuai dengan bentuk
aslinya di Inggris.Cr icket ala Trobriand
yang kreatif ini disejajarkan dengan kegiatan-kegiatan
yang khas, yang tetap mempertahankanpentingnya pandangan-pandangan pokok dalam
kebudayaan pribumi itu.Semua orang yangberkepentingan dengan permainan itu
kelihatan gembira dan bangga, dan para pemainnyasama semangatnya untuk
memamerkan siapakah diantara mereka itu mampu mencetak nilai.Mulai dari
mengecat mukanya sebagai tanda persiapan untuk bermain, nyanyian tim
yangmembawakan lagu-lagu yang bernada "kasar", tari-tarian rombongan
yang saling memberisemangat, tidak dapat diragukan lagi, bahwa setiap pemain
bermain demi kepentingannyasendiri, demi kemasyhuran timnya, dan demi ratusan
gadis-gadis cantik yang biasanyamenonton pertandingan itu.
Kasus-kasus akulturasi yang paling ekstrim biasanya
terjadi sebagai akibat dari kemenangan militer dan pemindahtanganan kekuasaan
politik tradisional ke tangan parapenakluk, yang tidak mengetahui apa-apa
tentang kebudayaan yang mereka kuasai.Rakyatpribumi, yang tidak mampu menolak
perubahan-perubahan yang dipaksakan, karena kegiatan-kegiatan tradisional
mereka di bidan sosial, agama dan ekonomi juga turut dibatasi, sehinggamereka
dengan terpaksa melakukan kegiatan-kegiatan baru yang cenderung
mengisolasikanindividu dan mengoyak-koyak integrasi sosialnya.Sistem perbudakan
di Amerika Serikatpada masa kolonialnya, merupakan contoh yang paling terkenal,
yang memberi penjelasantentang masalah hubungan antar-ras yang dahulu dikemas dalam
istilah "inferioritas rasial."Perlu juga saya kemukakan di sini,
bahwa sistem perbudakan yang terjadi di Amerika padaawalnya tidak hanya terjadi
di Amerika Serikat saja, tetapi juga hingga ke negara-negarabagian, seperti di
daerah-daerah perkebunan di Kepulauan Karibia dan di daerah-daerahpantai
Amerika Selatan hingga ke bagian tenggara Amerika Serikat.Masaah-masalah
rasialyang diwarisi Amerika Serikat dari zaman perbudakan itu juga terdapat di
daerah-daerahAmerika yang pernah menjalankan praktek-praktek perbudakan.
DAFTAR PERPUSTAKAAN
·
http://new4share.blogspot.com/2012/01/ilmu-sosial-dasar-dan-ilmu-budaya-dasar.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar